Bicara Soal Bahagia

Apa itu bahagia?
Kenapa semua orang ingin mengejarnya?
Apa arti bahagia bagiku?
Tulisan ini berawal dari salah satu dosen aku yang beberapa hari lalu sempet bilang kalau salah satu yang sedang beliau lakukan sekarang itu adalah mencari kebahagiaan, karna beliau merasa seperti dirinya belum mendapatkan kebahagiaan yang dia harapkan. Dari sana aku mulai kepikiran dan kaya keinget terus ucapan dosen itu dan mulai tertarik buat mikir dan nanya sama diri sendiri tentang arti bahagia buat aku itu apa? Apakah semua yang aku lakukan dari hari demi hari selama hidup ini  adalah untuk mengejar kebahagiaan?
Aku jadi penasaran dan mencoba untuk memetakan sebenernya arti bahagia di hidup aku itu apa sih dan kenapa beberapa orang berpikir kalo dia seperti harus mencari kebahagiaan dan kemana sebenarnya mereka mencari kebahagiaan itu?
Oke, mari kita mulai. Aku itu sebenernya ngerasa agak aneh sama pernyataan “mencari kebahagiaan” yang diucapin sama orang-orang. Dalem pikiran itu kaya “Bahagia ko dicari, emanynya bahagia itu barang hilang?”. Bagi aku tuh ya ístilah “mencari kebahagiaan” itu gak ada, bahagia kalo dicari-cari berartikan kamu gak tahu bahagia itu sendiri dimana dan kaya apa, terus gimana caranya kamu tahu dan bisa nemuin bahagia itu? Sedangkan kamu sendiri gak punya gambaran akan bahagia itu sendiri yang seperti apa yang sebernya kamu mau di hidup kamu. Kaya kamu cari barang, tapi kamu gak tahu barangnya apa, kamu gak tahu terakhir liatnya dimana, kamu gak tahu bentuk, ukuran sama warnannya itu kaya apa, jadi, apa barang itu bisa ketemu?. Maksudnya, bahagia itu terlalu abstrak buat dicari. Kita mau ngehabisin berapa banyak waktu dan usaha buat cari sesuatu yang gak ada petunjuknya sama sekali, yang gak ada ciri-cirinya? Come on guys..
“Terus kalo gak bisa dicari, bahagia itu kaya gimana dong? Apa aku sudah bahagia? Darimana kebahagiaan aku berasal?”
Ini pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang aku tanyain ke diri aku sendiri. Lumayan mikir sih buat jawabnya. Apalagi setiap orang punya penilaian sendiri terhadap bahagianya hidup mereka. Tapi untuk menjawab pertanyaan ini aku tidak akan meggunakan standar bahagia orang lain, aku akan menjawabnya berdasarkan apa yang aku rasakan dan berdasarkan penilaianku sendiri tentang arti dari sebuah bahagia itu sendiri.
Tadi aku sudah menyimpulkan kalau bahagia bagi aku itu bukan sesuatu yang harus aku cari karna terlalu abstrak aja kan ya. Setelah aku lumayan lama tuh ngelamunin ini akhirnya aku sampai pada sebuah kesimpulan bahwa bahagia itu adalah sebuah perasaan dimana aku merasa baik atau bahkan merasa sangat baik dan perasaan bahagia itu bisa terbentuk dari apapun, bisa diciptakan dimanapun dan kapanpun. Tidak bergantung pada suatu batas apapun selain batas pikiran aku sendiri. Maksudnya, bahagia itu bukan lagi soal mencari dan menemukan, tapi soal keinginan dan mewujudkannya. Aku bisa bahagia atau tidak itu tergantung dari apa yang aku pikirkan, kaya “mau gak aku bahagia? Kalau mau, yaudah sok bahagia.” Mungkin kedengerannya kaya “apaan sih, memang bisa bahagia Cuma kaya begitu saja? Ko kaya gampang banget. Gimana kalo aku lagi ada di situasi yang kurang baik, misalnya sakit atau aku lagi kena musibah lain, memang masih bisa bahagia? Bukankah sewajarnya aku sedih? Atau, gimana caranya bahagia pas lagi banyak tugas, terus besok ada ujian?”
Aku menekankan pada diri aku kalau bahagia itu aku yang menciptakan. Memang wajar kita merasa sedih dan kecewa sama sesuatu yang kurang baik terjadi pada kita. Tapi aku gak mau meletakkan bahagia aku sama kejadian yang aku alamai tapi pada bagamana cara aku melihat dan merespon hal-hal tersebut sehingga hal-hal itu yang tadinya bisa bikin aku sedih, kecewa, marah atau takut itu terlihat dan terasa lebih baik. Aku harus melihat sesuatu dari sudut pandang yang positif. Ketika aku hanya berfikir positif dan selalu bisa mengambil sisi baik dari segala kejadian atau situasi maka semua akan baik-baik saja, dan ketika aku bisa mengendalikan pikiran dan perasaan aku dengan mengembangkan prasangka baik terhadap apa yang sudah dan terhadap apa yang mungkin terjadi maka aku akan baik-baik saja.
Contoh misalnya hari ini minggu terus besok senin, udah harus mulai kuliah lagi, ketemu tugas lagi dan segala kesibukannya. Ketika aku harus menilai keadaan itu menurut prasangka negatif maka respon yang keluar itu adalah aku bakalan ngeluh, males ketemu hari Senin, yang mana itu bisa berakibat pada kualitas kebahagiaan aku hari itu dan hari seterusnya. Dan bahkan bakalan berpengaruh ke aktifitas kuliah aku. Aku melihat itu juga sebagai sesuatu yang manusiawi, wajar ngeluh mah. Tapi aku harus sadar kalo ngeluh doang gak akan ngasilin apa-apa, tus dampaknya ke diri aku malah gak baik. Jadi aku harus mengubah itu dan harus mau membiasakan melihat dan menilai situasi berdasarkan prasangka baik sambil bilang “oh besok senin, mulai kuliah nih mulai aktifitas lagi. Mungkin aku gak bisa rebahan kaya sekarang sambil nonton drakor. Tapi gapapa, kan besok aku bakalan ketemu teman-teman di kelas, akau bakalan belajar hal baru dari dosen, aku bisa jajan jajanan enak di kampus, aku bakalan ngobrol sama teman, curhat, becanda ketawa dll” kalimat-kalimat kaya gitu bakalan bikin mood kamu lebih baik. Setidaknya kamu udah memulai step awal dengan membangun mindset yang positif, dan tentunya itu juga bakalan berpengaruh pada kebahagiaan kamu menjalani aktifitas.
Kaya begitu gays...
Awalnya aku coba buat menerapkan cara berpikir positif kaya begitu ke hal-hal simple kaya contoh diatas itu. Dibiasain pelan-pelan sampe jadi kebiasaan. Dan yang aku rasain dampaknya lumayan bisa ngurangin beban pikiran sama kekhawatiran aku ketika harus ngadepin masalah atau ketika aku harus ngelakuin sesuatu yang aku lagi males banget. Aku jadi lebih punya motivasi buat bergerak, buat nyelesein tugas atau tanggungjawab aku. Dan ketika aku berhasil ngelakuinnya aku jadi merasa lebih lega dan plong aja gitu karna satu tugas sudah beres. Aku jadi lebih bisa mengapresiasi diri aku dan berterimakasih sama diri aku karna udah mau diajak posotif thinking.  Sekali kaya gitu dan sadar dampak positifnya, jadinya aku ingin terus melakukannya.
Jadi pointnya gengs, buat aku bahagia itu sederhana, sederhana banget malah, dan ini bukan omong kosong doang. Bahagia bagi aku itu ketika aku bisa mencegah dan mengatai hal-hal yang akan merusak ketenangan dan kenyamanan hati dan pikiran aku. Kalo hati sama pikiran aku bisa jernih, maka masalah apapun yang lagi aku hadepin atau situasi apapun yang akan aku lalui aku bisa memikirin solusi terbaik buat ngadepinnya. Tapi kalo hati sama pikirannya lagi kacau, bad mood, apalagi sampe negatif thinking, aku bakalan kesusahan. Jangankan buat mikirin cara nyelesein masalah atau cara ngadepin situasi, kayanya mkirin hal-hal sepele saja males, ngerjain tugas saja males, beres-beres jadi males, yang akhirnya itu semua berakibat banyak hal yang kita tunda dan tugas jadi numpuk. Kita cuma sadar kalo sudah deket deadlinenya, baru deh kocar-kacir jadi riweuh sendiri harus ngerjain mana dulu, bingung mulainya dari mana dulu. Dan aku gak akan jadi orang yang kaya begitu.
Tujuan aku nulis ini semata-mata karna aku ingin ngeluari apa yang lagi aku pikirin. Ini pure persepsi aku dari apa yang aku yakini di diri aku tentang bahagia itu sendiri.
Aku ingin bahagia dimulai dari diri aku dan dari hal-hal sederhana yang aku punya. Aku tidak merasa perlu mencari kemanapun.

Segitu dulu guys...

See you di tulisan-tulisan lainnya....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maaf

KDRT Persfektif Hukum Pidana Islam